Jumat, 20 Maret 2009

Bersyukur dalam setiap keadaan

Di suatu sudut ruangan yang selama beberapa bulan ini aku tempati, cukup banyak kejadian yang bisa aku renungkan. Setiap harinya banyak mahasiswa maupun orang yang datang dan pergi untuk mengurus keperluan. Aku duduk di balik jendela kaca bening, dimana orang-orang itu lalu lalang. Aku berusaha memberikan bantuan terbaik untuk mereka dengan keperluan yang berbeda-beda.

Suatu pagi menjelang siang seperti hari-hari sebelumnya, aku duduk di tempat yang sama. Ku layangkan pandangan mataku keluar jendela. Kemudian tak berapa lama muncul seorang mahasiswa yang mendekati ruangan yang ku tempati. Sosoknya tinggi,rapi dengan setelan rapi jaket warna coklat dan jeans seperti kebanyakan mahasiswa lainnya.

Dia berdiri sambil tersenyum di depan kaca bagian pelayanan di depanku. Namun seakan ragu-ragu dia berpindah ke bagian pelayanan temanku yang duduk di sebelahku. Perlahan tapi pasti, dari tasnya dikeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya dan memberikan kertas itu pada temanku. Dia tak bicara. Hanya menunjuk bagian kertas yang belum ada tanda tangan. Kemudian untuk kemastikan, sekali lagi temanku menanyakan apakah keperluannya. Perlahan dia bicara namun suaranya tak terdengar jelas. Aku terkejut, seakan aku tahu apa yang dia pikirkan dan kesedihannya tampak jelas. Dia ternyata tidak bisa berbicara seperti orang pada umumnya. Dia masih terus berusaha menjelaskan, karena temanku masih belum paham. Akhirnya dia mengambil HP dari saku bajunya, kemudian menulis di HPnya itu segera menyerahkan ke temanku untuk dibaca.

Setelah temanku tahu keperluannya dan membantunya, mahasiswa itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sebagai tanda ucapan terima kasih kemudian pergi meninggalkan kami.

Aku hanya terdiam. Ku tahan air mata yang hampir menetes di pelupuk mataku. Peristiwa yang baru saja aku alami, membuatku tersadar, bahwa aku sering lupa bersyukur atas segala sesuatu yang Tuhan berikan. ku sadar bahwa di dunia ini tak ada tak sempurna dan aku pun juga bukan orang yang sempurna. Aku sangat kagum dengan orang - orang yang memiliki kekurangan tapi mereka selalu semangat dan tak pernah menyerah menjalani hidup ini. Mereka mempunyai pemikiran bahwa kekurangan mereka adalah kelebihan yang mereka miliki.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)

Beberapa orang mengeluh karena mawar memiliki duri, tapi aku kira kita seharusnya bersyukur karena duri memiliki mawar. Orang yang tertusuk duri mungkin menyesalkan kenapa bunga mawar yang begitu indah harus berduri, tapi jika duri bisa bicara, mungkin duri akan bersyukur bahwa ia memiliki mawar. Kita bisa memandang dari banyak sisi akan benda yang sama, baik dengan keluhan ataupun bersyukur. Mungkin kita sebaiknya berpandangan "it's all in the state of mind". Bahwa dalam hal buruk tidaklah berarti semuanya buruk. Pasti ada hal baik dibalik situasi buruk yang kita alami. Ajakan untuk bersyukur pun sebenarnya bukan hal baru. Kita sudah sering berhadapan dengan ajakan ini baik lewat tulisan, kotbah dan sebagainya. Namun pola pikir untuk selalu bersyukur ini memang bukanlah semudah membalik telapak tangan, apalagi jika kita sedang berada dalam tekanan. Yang lebih ironis lagi, banyak orang berusaha mencari Tuhan ketika mereka tengah membutuhkan bantuan, namun lupa bersyukur saat mereka diberkati. Banyak orang memandang mukjizat dari Tuhan hanyalah datang dari hal-hal ajaib yang "bombastis" seperti orang sakit parah disembuhkan, orang lumpuh berjalan,orang buta melihat, bahkan orang mati dibangkitkan. Padahal, ketika kita masih memiliki kesehatan dan kemampuan untuk berjuang di tengah kesulitan, itu pun merupakan mukjizat dan berkat yang berasal dari Tuhan.

Begitu sulitnya untuk mengucap syukur pada saat sulit, sehingga ada orang yang berusaha mengucapkan syukur namun terbatas hanya pada kata-kata saja, tidak didasarkan dari hati. Karena itu alkitab pun mencatat banyak nasihat untuk mengucap syukur dalam segala hal. Salah satunya: "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Kalimat ini dituliskan berkali-kali dalam kitab Mazmur, bahkan tampil juga dalam kitab Tawarikh dan Yeremia. Aku yakin Tuhan menyadari benar sulitnya berada dalam sebuah situasi berat sehingga Dia merasa perlu mengingatkan kita berkali-kali bahwa kasih setiaNya bagi kita berlaku untuk selama-lamanya. Bukankah itu patut kita syukuri?

Jika kita bercermin pada alkitab, ada banyak tokoh disana yang tetap mampu memandang lewat iman ketika masalah menghadang mereka. Lihatlah Ayub yang memuji Tuhan meski mengalami penderitaan (Ayub 1:20-22). Selanjutnya Daud, yang pada suatu ketika dikejar, hendak dibunuh oleh Saul dan terjebak di dalam gua. Apa yang dilakukan Daud? Dia memuji Tuhan dan bermazmur! (Mazmur 57:1-12). Lalu apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas tengah dipasung dalam penjara? Mereka bukannya menyesali nasib, namun malah berdoa dan menyanyikan puji-pujian pada Allah dengan lantang, hingga semua orang dipenjara itu mendengarkan. Apa yang terjadi selanjutnya? Terjadilah gempa sehingga semua pintu dan belenggu terbuka membebaskan mereka. Bukan itu saja, namun terjadi pertobatan pada diri kepala penjara dan keluarganya. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Lihatlah bukti kasih setia Tuhan, Dia tetap menyertai dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dan melantunkan puji-pujian.

"We are never alone even in the deepest trouble."

Apa yang diberikan Tuhan pada kita sebenarnya adalah baik, meski ketika pada saat ini terlihat seolah-olah sulit untuk dilalui. Dia adalah Allah yang tidak pernah berubah. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."(Yakobus 1:17) Karena itulah, dalam kondisi sulit sekalipun kita pantas mengucap syukur. Paulus pun menyadari berbagai pengalaman dari tokoh-tokoh alkitab di masa lalu, ia pun berulang kali menyatakan bahwa dirinya dipenuhi ucapan syukur meski dalam penderitaan berat. "Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. " (2 Timotius 1:3). Dunia boleh gonjang ganjing, namun kita harus tetap tegar dan percaya pada Tuhan lewat berbagai pujian,persekutuan dan doa ucapan syukur kita. Dia ingin kita tampil sebagai terang, seperti lentera di tengah kegelapan, sebuah posisi yang tidak akan mampu kita jalani jika kita sendiri goyah imannya.

Apabila percaya bahwa Tuhan setia mengasihi, dan tidak ada satupun dari janjiNya yang Dia ingkari, mengucap syukurlah sekarang juga. Tuhan mengasihi lebih dari apapun. Bahkan setiap helai rambut di kepala kita pun dihitungNya. (Matius 10:30). Dia telah melukiskan kita dalam telapak tanganNya dan kita selalu ada di ruang mataNya. (Yesaya 49:16). Tuhan tidak pernah melupakan kita. Karena itu, pandanglah setangkai mawar dengan pola pandangan baru. Jangan bersungut-sungut melihat duri, tapi bersyukurlah bahwa duri yang tajam itu memiliki mawar yang sungguh indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
The Spirit in Hope........ - Dearia - Free Blogger Templates - by Templates para novo blogger